Pages

Friday, September 26, 2014

Bakal Bergelar Mertua

Cuaca cerah dan indah pagi ini... suasana rumah riuh-rendah...
Anak-anak berkumpul, kebetulan cuti sekolah dan cuti dihujung minggu...
Hari ini hari istimewa...hari yg aku mengharapkan berkat, redha dan keampunan dari Yang Maha Esa... 
Ramai yang kata, kita benar-benar akan mengerti pengorbanan seorang ibu apabila kita sendiri merasa menjadi seorang ibu...
Diberi peluang oleh ALLAH swt untuk merasai detik itu, merasai anak-anak membesar dan membahagiakan seluruh jiwa raga...
Berita yang dinanti-nanti dan sentiasa mendoakan anak-anak...
Bila mereka semakin dewasa, saya sampaikan pada ALLAH swt akan memberi kasih sayang pada mereka...
Semoga ALLAH swt memberi hidayah pada mereka...
Anak perempuan telah meluahkan perasaan, dah ada calon pilihan hati...
Saat ini paling indah ku rasa...asalkan ALLAH swt redha...
Apakah aku benar-benar sudah matang dan bersedia untuk bergelar mertua?
Semua ibu dan bapa didunia ini akan mengalaminya...
Mampukah aku menjadi mertua contoh? Insya Allah...

Saturday, September 13, 2014

CERITA "TANAH WARISAN"

(Beruntungnya, Memiliki Tanah Tandus)
Empat beradek baru saja mengalami kesedihan setelah kematian ayah dan ibu yang sangat mereka sayangi.  Setelah urusan jenazah arwah ayah dan ibunya selesai, empat beradek itu pun membuka surat wasiat dari arwah yang sangat mereka disayangi dan kasihi.
Surat itu menyebutkan bahawa keempat beradek itu diberikan pilihan untuk memiliki empat bidang tanah yang berlainan tempat. Ada bidang tanah yang begitu hijau dengan begitu banyak menghasilkan tanaman buah-buahan yang selalu dijual.  Ada bidang tanah yang berada di tepian sungai jernih, sangat sesuai untuk ternakan berbagai jenis ikan.  Ada juga bidang tanah yang sudah terbentang luas sawah dan ladangnya saujana memandang.  Ada satu bidang tanah lagi yang sangat tidak menarik... iaitu tanah tandus dengan tumpukan pasir-pasir kering di atasnya.
Menariknya, surat itu diakhiri dengan sebuah kata-kata... beruntunglah yang memilih tanah tandus.
Anak pertama memilih tanah pepohonan hijau. Anak kedua pun untuk memilih tanah dengan aliran sungai jernih. Begitu pun dengan yang ketiga, ia merasa berhak untuk memilih tanah yang ketiga dengan terbentang sawah dan ladangnya. Dan tinggallah anak yang keempat dengan mendapat pilihan tanah tandusnya.
“Apa engkau kecewa, adikku, dengan tanah tandus yang menjadi hakmu?” ucap kakak kepada si bungsu. 
Di luar dugaan, si bungsu hanya senyum. Ia pun berkata, “Aku yakin, pesan ayah dan ibu tentang tanah tandus itu adalah benar... Ya, aku tak kisah !”

Mulailah masing-masing adek beradek itu berusaha dengan warisan peninggalan kedua arwah orang tuanya dengan begitu bersemangat. Termasuk si bungsu yang masih bingung memikir tanah tandus pilihannya. 
Hari berganti hari, waktu terus beredar, dan hinggalah beberapa tahun. Tiga orang abang dan kakak yang menerima warisan begitu selesa dengan tanah subur yang mereka dapatkan. Si bungsu yang masih sibuk mencari-cari, menggali dan terus menggali, kelebihan yang ada dari tanah tandus yang ia perolehi. Tapi, ia belum juga berhasil. 
Hampir berputus asa. Ia masih bingung dengan manfaat tanah tandus yang begitu luas itu.  Sementara, kakak dan abang mereka sudah menikmati dengan tanah-tanah tersebut. “Aku yakin, ayah dan ibu menulis wasiat dengan betul. Tapi di mana beruntungnya ?” bisik hati si bungsu dalam hatinya.
Suatu hari, ketika ia dalam keadaan kesusahan untuk menggali di tanah tandus itu, hujan pun turun dengan lebatnya.  Kerana tidak ada pohon untuk berteduh, si bungsu hanya berlindung di balik longgokan tanah galian yang banyak mengandungi batu-batu kecil. Tiba-tiba, matanya dikejutkan dengan kilauan batu-batu kecil di longgokan tanah yang terkena percikan air hujan.
“Ah, emas! Ya, ini emas!” teriak si bungsu setelah meneliti batu-batu kecil yang sebelumnya menutupi tanah keras itu.  Dan entah berapa banyak emas lagi yang tersembunyi di balik tanah tandus yang terkesan tidak menarik itu.
******
Sahabat, kesimpulan saya :
MANUSIA sebenarnya cenderung menjaga sesuatu yang dianggapnya berharga dalam hidupnya. Sesuatu yang dianggap bernilai, ternyata hanya biasa saja. Dan sesuatu yang sangat tidak menarik untuk diperhatikan, ternyata mempunyai nilai yang tidak terkira.

Seindah hiasan dunia, tidak ramai yang mampu memahami bahwa di dunia ini tiada yang jauh dan sangat bernilai dari dunia dan isinya.  Itulah hidayah ALLAH swt yang tidak setanding dengan nilai apa pun di dunia ini.
Sayangnya, tidak semua orang seperti si bungsu, yang begitu yakin dengan kebenaran tentang tanah tandus dari surat wasiat yang diakhiri dengan sebuah kata-kata... beruntunglah yang memilih tanah tandus.  Walaupun harus menggali, dan terus menggali dengan penuh kesabaran.
Sebaliknya, tidak akan mempedulikan atau membuang saja sesuatu yang dianggap tidak berharga. Semakin bernilai sesuatu itu, semakin bersungguh-sungguh kita menjaganya.  Apa yang memang menjadi hak kita di dunia, ALLAH swt pasti tunaikan.  Semoga kita menghargai dan bersyukur dengan atas apa yang kita miliki... Aamin...
Selamat Membaca...Salam Motivasi...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...